PERHATIAN!

Perhatian! Blog ini isinya karya fiksi. Semua posting di blog ini adalah hasil rekaan, jika ada kesamaan cerita, nama tokoh dan tempat adalah kesamaan yang tidak disengaja.

Selasa, 07 Agustus 2012

Entah Apa yang Kucari

Adakah sebuah hati yang serupa dengan tulang ketika ditinggal oleh sum-sumnya? Kopong. Adakah? Atau mungkin serupa dengan gigi yang dilubangi makhluk-makhluk kecil

Aku tidak bisa melihat kondisi hati, dengan mataku. Aku hanya bisa merasakannya. Karena hati adalah bagian dari aku. Hati yang kumaksud di sini adalah hati yang bisa berbicara tanpa didengar orang lain.

Emosiku mempengaruhi kondisi hatiku. Suhu kamarku yang dingin lah yang mungkin mempengaruhi suhu emosiku.

Aku membedakan emosi menjadi emosi panas dan emosi dingin. Hal ini ada sebabnya. Pernahkah kau merasa kegerahan atau merasa ada hawa panas mengalir dari orang yang habis bertengkar? Pernahkah kau merasa ada hawa dingin mengalir dari orang yang sedang putus asa atau sedih? Sebenarnya orang tersebutlah yang menyerap panas tubuh kita. Pernahkah kau merasakannya? Jika kau berlum pernah merasakannya, berarti kau harus meningkatkan sensitivitas indra peraba dan perasamu. Karena selain emosi mempengaruhi suhu tubuh, emosi pun membuat kita mengeluarkan energi dari dalam tubuh. Energi itulah yang terasa seperti aliran panas atau dingin yang akan menyentuh kulit orang-orang di sekitarnya. Jika orang di sekitarnya menyerap energi tersebut dengan baik, orang-rang di sekitar tersebut bisa saja terpengaruh dan ikut-ikutan sedih atau marah. Pernahkah kau merasa sangat bahagia, tiba-tiba kau bertemu temanmu lalu bahagiamu surut? Kau menjabat tangannya yang sangat dingin, ia murah senyum saat itu, namun tiba-tiba bahagiamu itu hilang seketika, padahal orang tersebut belum bicara sepatah katapun. Pernahkah? Seperti itulah cara kerja energi.

Kini kamarku dingin, hatiku dingin, begitu juga aku. Aku dingin luar dalam.

Hatiku, hatiku ini berlubang. Seperti gigi yang berlubang, akan terasa lebih linu di tempat yang dingin. Kini, linu di hatiku semakin terasa.

Aku telah berlari ke segala arah. Mencari cinta dan kasih sayang. Namun rasanya semua pengalaman-pengalaman cintaku tidak ada yang bisa menambal lubang di hatiku.

Apa yang sebenarnya kucari?

Kuingat-ingat lagi. Aku tak pernah mual ketika merindukan seseorang, kecuali ibuku. Hanya ketika aku merindukan ibuku lah, aku merasa mual dan kedinginan.

Apakah yang kucari selama ini adalah kasih sayang ibu?

Jumat, 03 Agustus 2012

Mungkin dan Semoga

"Saya sudah transfer kemarin."
"Sebenarnya saya lebih senang kalau kakak bisa meluangkan waktu untuk membagi cerita-cerita di masa kuliah kakak."
"Saya ini biasa-biasa saja ketika kuliah."

Saudara kandungku, apa kau begitu sibuk? Apa kalimat terakhirmu ini adalah kalimat penutup percakapan kita? Kau adalah keluargaku yang kubutuhkan selain orang tua kita. Kau mungkin juga bisa membantuku berbicara dengan ayah dan ibu.

Dulu kau yang mengajariku cara makan yang benar. Aku suka caramu mengajariku. Mungkin kau bisa jadi jembatan bagi aku dan orang tua kita. Tapi ya sudahlah. Mungkin kau sibuk mencari uang untuk biaya pendidikanku jika ayah sudah tidak sanggup membiayaiku. Semoga akan ada kesempatan lain untukmu mengajariku hal-hal lain selain cara makan yang benar.

Jari-Jari Kecil Anakmu

Aku menapak ke utara, mencoba menyentuh si pemilik tahta
Lalu aku mendapat sentuhan dari semua orang di bawah tahtanya
Tapi, rasanya ada yang kurang

Aku menapak ke timur laut, mencoba menyentuh seorang sahabat
Lalu aku mendapat genggaman tangan yang jarang terlepas
Tapi, rasanya ada yang kurang

Aku menapak ke barat daya, mencoba menyentuh lelaki, dengan sentuhan wanitaku
Lalu aku mendapat pelukan seorang lelaki yang membuat jantungku menari
Tapi, rasanya ada yang kurang

Aku menapak ke utara, mencoba meraih tangan Sang Pencipta, dengan tangan kotorku
Tapi nuraniku membentak, "Beraninya kau mencoba menyentuh tangan-Nya dengan tangan kotormu!"

Lalu dimana lagi aku harus menapak?

Aku pernah merasa lebih dari cukup di suatu tempat.
Tempat dimana aku selalu didekap,
disuapi sesuatu yang lezat,
didengarkan doa-doa dan cerita-cerita,
dijaga dari segala bahaya.
Di tempat itu, noda dan dosa todak bisa menyentuhku.
Di tempat itu, Dia dan aku saling menggenggam tangan.

Tempat itu adalah rahim ibuku
Ibu, aku rindu tempat itu
Ibu, apakah benar-benar tak ada kesempatan untuk aku kembali?